Senin, 24 September 2012

Love letter for my family

Everheard somewhere, that every woman have one big dream to make them happy, it’s not about have a lot of money, or great career, but it’s only about living together with their family. As simple as it is. Have a family, live with them, happy with them.

 Bercerita tentang keluarga, kita selalu punya cerita masing-masing. Sebelum saya menikah, selama 24 tahun ini, saya hanya benar-benar dekat dengan keluarga inti saya yang adalah ayah, ibu, dan kedua kakak saya. Keluarga dari ayah maupun dari ibu, tidak benar-benar saya kenal. Bahkan kakek dan nenek saya sekalipun. Seingat saya, selama ini saya dipertemukan dengan kakek maupun nenek, baik dari ayah maupun ibu, hanya 1-2 x sepanjang hidup mereka. Jarak yang membentang seakan memutuskan intensitas silaturahmi dan komunikasi antara kami. Sejak kecil saya besar di Timur Indonesia, sementara sebagian besar keluarga besar tinggal di Barat Indonesia. Saya masih ingat, jaman sekolahan saya pernah diajak mengunjungi mereka di kampung, yang ada hanya perasaan asing, jemu, dan tidak betah. Saya pikir saya sudah terasuki pikiran orang-orang kota yang serba modern, individualis, dan egoistis. Percayalah, sampai saat ini saya terus menyesali sikap saya saat itu.

Sampai saatnya tiba saya menikah, dan beberapa dari keluarga saya sengaja datang jauh menyeberangi pulau untuk menghadiri pernikahan saya, baru terasa, how much I miss them a lot. Bagaimana pun, kami punya ikatan darah yang sama, riwayatku ada dalam setiap mereka. Kebersamaan yang hanya beberapa hari itu pun begitu berkesan, kapan lagi coba ada momen kumpul seperti itu, mengingat saya anak bungsu dan setelahku tidak akan ada lagi wedding happening. Tidak harus ada nikahan dulu sih memang ^_^, yah mudah2an silaturahmi antar kami tidak lagi terputus.

 Kalau dipikir, beruntungnya keluarga kecil saya yang terdiri dari  ayah, ibu, dan kedua kakak saya yang sudah tinggal bersama dalam waktu yang lama, jika dibandingkan dengan cerita-cerita keretakan keluarga yang marak di luar sana. Namun yang sampai saat ini selalu mengganjal adalah walaupun kebersamaan kami demikian lama dan harmonis, tapi masing-masing kami adalah orang-orang yang tidak biasa mengungkap perasaan cinta. Sekilas memang terasa bukan masalah yang krusial, namun terkadang untuk membuktikan cinta, tidak melulu cukup dengan sekedar memberikan hadiah di saat tertentu, perlu juga ungkapan lisan atau ungkapan perbuatan memeluk atau mencium, yang adalah kedua hal ini jarang sekali kami lakukan. Ungkapan, mommy, daddy, I love you atau yang semacamnya mungkin terasa norak. Tapi saya rasa itu penting untuk terus menjaga rasa sayang. Ibarat daun, ungkapan2 semacam itu bagaikan air, yang tanpanya daun akan menjadi layu dan kering. Jadi, apakah saya berani untuk mulai menyirami dedaunan itu???  Deep down, I really really love them and miss them a lot.

Mommy, daddy, it’s me your little daughter. Sister, brother, it’s me your little sister in Bandung. Always pray for you, May Allah always take care of you there..Always gonna be love and miss you all there...         in Makassar…