Hampir 1 bulan sejak aku
menghilang dari peredaran di kampus sekaligus tempat praktikku, saat aku
kembali kesana tak sedikit teman-teman yang mengaku keheranan dengan kabar
pernikahanku. Mereka tidak pernah menyangka sedikitpun, kabar tunangan nggak
ada, pacaran nggak pernah, main sama cowok juga nggak, kok bisa sih undangan
tiba-tiba nyebar??? Hahahaha. Udah akhir jaman kayak gini, masa’ masih pacaran
aja sih yang kepikiran, kapan tobatnya, ya nggak… ^_*
Inilah jalanku, kupilih
jalan yang mungkin orang akan memandangnya aneh dan tak biasa. Berawal dari
pemahamanku tentang sempurnanya agamaku dalam me-manage hidup seseorang, orang
banyak, bahkan sampai tatanan Negara juga ada aturannya sis and bro :). Aku pun mantap
menjalankan dan bertumpu pada tuntunannya. Aku yakin setiap manusia dianugerahi
naluri untuk mencintai orang lain, entah itu orang tua, saudara, keluarga,
sahabat, teman, termasuk lawan jenis. Anugerah ini diistilahkan sebagai
Gharizah Nau’. Lantas, apakah jika seseorang tertarik dan mengaku cinta pada
lawan jenis boleh sekonyong-konyong dijadikan pacar seenaknya, kalau sudah gak
cinta tinggal putus trus cari pacar lagi…wkwkwk. Ternyata, dalam agamaku,
perasaan mencinta ini adalah fitrah tiap anak manusia. Cuman ada rambu-rambunya
biar ndak kebablasan. Kenali ia dengan cara taaruf, seriusi dengan khitbah,
baru deh resmikan dengan nikah. Ya itulah yang aku dan dia (yg sekarang telah
menjadi suamiku) jalani.
Kami juga berhasil
membuktikan pepatah “indahnya pacaran setelah menikah”
It’s true ^_^
Setelah menikah, kami
pun menyusun jadwal efektif kebersamaan yang akan dilalui kurang lebih selama 1
bulan. Maklum, setelahnya kami harus hidup berjauhan untuk sementara, orang
menyebutnya long distance relationship alias LDR. Aku di Indonesia, suami di
Kuwait. Bagiku, bisa dibilang komitmen untuk bisa LDR ini jadi komitmen
terberat yang pernah kusampaikan padanya. Namun dengan modal trust dan pastinya
kesabaran, insya allah demi suatu tujuan besar nantinya, kami bisa melaluinya.
Jadilah, tiap hari tak hentinya kami berdiskusi dan menyusun jadwal keseharian,
especially piknik dan jalan-jalan ^_^.
Setelah objek wisata
bantimurung di Makassar, kami memilih pulau Tidung sebagai objek wisata
berikutnya. Pulau ini berada di Jakarta. Hmmm, mungkin akan banyak yang tidak
menyangka di Jakarta ada kepulauan yang masih asri dan tak terjamah polusi kota
metropolitan yang ampun deh kalau dideskripsikan :D
Pulau Tidung satu
rangkaian dengan Kepulauan Seribu. Untuk kesana, kami harus naik kapal sekitar
2 jam perjalanan dari pelabuhan. Lumayan lama, tapi suasana bosan jauh dari
benak. Walaupun kapalnya tidak semegah kapal pesiar di film-film, bahkan kami
semua melantai, hanya beralaskan pelampung (penyalahgunaan sebenarnya :D), tapi
berdua bersama suami, diombang-ambingkan ombak yang setengah manja, sambil
melihat langit nan biru beralaskan lautan yang memancarkan sinar matahari,
membuat segalanya berubah menjadi indah :p
Sesampai di pulau yang
dituju, kami langsung menuju tempat penginapan. Eit tapi jangan bayangkan hotel
berbintang-bintang ya. Oke, tadi malam sebelum berangkat ke pulau Tidung, kami
harus “terpaksa” menginap di hotel bintang tiga dan “terjebak” dengan semua
kemewahan yang ditawarkannya :D. Tapi selama di pulau Tidung jangan harap
ketemu bangunan atau menara bertingkat-tingkat seperti di kota Jakarta pada
umumnya, semua bangunan sama rata dan sama rasa hehehehe. Paling-paling
bangunan paling tinggi hanya 2 tingkat. Tempat penginapan kami adalah rumah
penduduk yang menjelma menjadi homestay. Lumayan, jadi asset bisnis warga lokal
:0. Bahkan hampir semua rumah yang ada disana pasang iklan menawarkan paket
wisata, mulai dari penginapan, makan, pemandu wisata, snorkeling, banana boat,
penyewaan sepeda, dan paket-paket menarik lainnya.
Agenda pertama setelah
makan dan istirahat di homestay, adalah jalan-jalan di pesisir pantai sambil
menikmati semilir angin sore yang menyentuh lembut kulit dan desiran ombak yang
malu-malu sambil maju-mundur menyapa ujung jari jemari. Pemandangan yang indah,
ditambah suasana sore jelang malam yang sunyi-senyap, didampingi orang
tercinta, semakin menambah romantis kala itu. Dan semakin menambah-nambah rasa
kesyukuran akan rahmat-Nya. Betapa Allah telah menciptakan segala sesuatu
dengan indah dan serba teratur. Subhanallah…
Saat magrib tiba, kami
memutuskan untuk pulang sejenak ke homestay, saatnya solat dan kembali mengisi
perut. Sesampai di homestay, makan malam sudah tersaji apik, siap untuk mengisi
perut-perut yang lapar. Kebanyakan menu yang tersaji adalah seafood. Yummy dan
Ma’nyus pokoknya. Malam harinya, kami melanjutkan proyek jalan-jalan di pulau
Tidung. Ini pertama kalinya aku merasakan suasana pantai di malam hari. Sensasi
angin malam ditambah deburan ombak malam , damai sekali malam itu. Aduhai, Maha
Suci Allah yang sudah menciptakan alam yang begitu megahnya. Dalam kegelapan,
ku mendengar sayup-sayup ombak dari lautan, seperti nyanyian alam di dalam
mimpi. Malam semakin larut, dongeng itu pun membuatku semakin ingin terbang ke
alam mimpi alias tiduuuuur. Kelelahan semakin memuncak, dan saatnya untuk
merebahkan diri dan memulihkan energi untuk agenda esok yang tak kalah
mengasyikkan…snorkeling !!!
Snorkeling betul-betul
hal baru buatku, seumur-umur belum pernah! Akhirnya, di pinggiran kapal yang
membawa kami ke tengah lautan, aku menimbang-nimbang ragu, nyebur? Enggak? Nyebur?
Enggak? Pertama, aku bukan perenang yang baik, kedua, membayangkan repotnya
nyebur dengan jilbab dan kerudung yang kukenakan, ketiga, seumur-umur belum
pernah snorkeling. Intinya, takuut :D…
Byuur, semua ketakutan
tiba-tiba hilang, akhirnya nyempluuung. Berbekal baju pelampung, kacamata gede
pelindung mata, dan alat bantuan napas, aku pun terjun ke laut dengan jilbab
dan kerudungku masih komplit di badan :D. Blesss basah semuanya deh. Tapi seru,
asyik ternyata bisa berendam lagi di laut setelah bertahun-bertahun yang lalu aku
bermain di pantai Ambon. Kenangan itu pun muncul lagi, si kecil yang
meraung-raung menangis dengan ban kecil di badannya karena iseng ditinggal
sendirian oleh sang kakak di tengah laut :D. Tapi kali ini, ada suami yang
menjaga :D dan terus menyemangati untuk berenang dan menyelam di permukaan
sambil melihat indahnya binatang dalam laut dan batu karang di dasarnya. Tak
lama, memang dasarnya takut, rasa mual mulai menyerang. Walau pikiran negatif
sudah berhasil ditepis, namun badan ndak bisa bohong, tiba-tiba mual banget.
Akhirnya aku naik kembali ke kapal, dan mulai menenangkan diri. Yah walaupun hanya
sebentar, tapi puas rasanya bisa merasakan kembali hangatnya sengatan matahari
dibarengi dinginnya air laut.
Setelah puas ber-snorkeling,
malam harinya yang artinya malam terakhir kami di pulau Tidung, dihabiskan
dengan membuat api unggun sambil santap malam khas pantai, jagung bakar, ikan
bakar, cumi bakar, dan semuanya yang bisa dibakar :D. Seiring obrolan ringan
kami di malam itu, tak terasa semakin larut dan rasa kantuk mulai menghampiri.
Sempat merasa sedih akan kehilangan momen berharga ini bersama orang yang
kukasihi. Namun, karena waktu tak mungkin dihentikan, aku pun terus berpacu
dengannya sembari menyimpan momen bahagia seperti ini rapat-rapat dalam
pikiranku untuk menjadi kenangan terindah dalam hidup :)
Bersama angin yang berhembus malam itu, aku mengirimkan pesan
Dalam lapisan lautan terdalam di pulau itu, aku menyimpan harapan
Betapa ku ingin waktu terhenti
Tuk selamanya berada duduk di sampingmu
Merebahkan kepalaku di pundakmu
Sambil mendengarkan lantunan puisi yang kau buat untukku
Menghabiskan malam itu denganmu
Untungnya hempasan angin tidak sampai melenakkanku,
Dalamnya lautan tak sampai menggelamkanku
Aku teringat akan satu janji yang kita ucap bersama
Bahwa kita saling mencintai karena Allah
Allah adalah sang pemilik jiwa dan raga kita sesungguhnya,
tak pantas untukku berandai-andai dan panjang angan-angan
Suatu saat nanti, mungkin kita akan terpisah, baik oleh jarak,
waktu, atau mungkin karena maut
Kan ku ikhlaskan semua keputusan kita
Kini ku berdoa, cinta kita kan terus bersemi…
kini dan nanti
#eaaaa ...
BalasHapussuitt suittt xixixi
barakallahu lakum wa jamaa bainakuma fii khair
cie cie. berani ke tidung dan mual-mual sist? #eaaaa
BalasHapus