Jumat, 24 Agustus 2012

Tidung : (serasa) Pulau milik berdua ^_^


Hampir 1 bulan sejak aku menghilang dari peredaran di kampus sekaligus tempat praktikku, saat aku kembali kesana tak sedikit teman-teman yang mengaku keheranan dengan kabar pernikahanku. Mereka tidak pernah menyangka sedikitpun, kabar tunangan nggak ada, pacaran nggak pernah, main sama cowok juga nggak, kok bisa sih undangan tiba-tiba nyebar??? Hahahaha. Udah akhir jaman kayak gini, masa’ masih pacaran aja sih yang kepikiran, kapan tobatnya, ya nggak… ^_*

Inilah jalanku, kupilih jalan yang mungkin orang akan memandangnya aneh dan tak biasa. Berawal dari pemahamanku tentang sempurnanya agamaku dalam me-manage hidup seseorang, orang banyak, bahkan sampai tatanan Negara juga ada aturannya sis and bro :). Aku pun mantap menjalankan dan bertumpu pada tuntunannya. Aku yakin setiap manusia dianugerahi naluri untuk mencintai orang lain, entah itu orang tua, saudara, keluarga, sahabat, teman, termasuk lawan jenis. Anugerah ini diistilahkan sebagai Gharizah Nau’. Lantas, apakah jika seseorang tertarik dan mengaku cinta pada lawan jenis boleh sekonyong-konyong dijadikan pacar seenaknya, kalau sudah gak cinta tinggal putus trus cari pacar lagi…wkwkwk. Ternyata, dalam agamaku, perasaan mencinta ini adalah fitrah tiap anak manusia. Cuman ada rambu-rambunya biar ndak kebablasan. Kenali ia dengan cara taaruf, seriusi dengan khitbah, baru deh resmikan dengan nikah. Ya itulah yang aku dan dia (yg sekarang telah menjadi suamiku) jalani.


Kami berhasil menepis keraguan banyak orang yang selalu menanggap “klo ga pacaran dulu, gimana bisa kenal bibit bebet dan bobotnya? Apalagi memutuskan untuk nikah?”
Kami juga berhasil membuktikan pepatah “indahnya pacaran setelah menikah”
It’s true ^_^

So, ayo putusin pacarmu :p

Setelah menikah, kami pun menyusun jadwal efektif kebersamaan yang akan dilalui kurang lebih selama 1 bulan. Maklum, setelahnya kami harus hidup berjauhan untuk sementara, orang menyebutnya long distance relationship alias LDR. Aku di Indonesia, suami di Kuwait. Bagiku, bisa dibilang komitmen untuk bisa LDR ini jadi komitmen terberat yang pernah kusampaikan padanya. Namun dengan modal trust dan pastinya kesabaran, insya allah demi suatu tujuan besar nantinya, kami bisa melaluinya. Jadilah, tiap hari tak hentinya kami berdiskusi dan menyusun jadwal keseharian, especially piknik dan jalan-jalan ^_^.
Setelah objek wisata bantimurung di Makassar, kami memilih pulau Tidung sebagai objek wisata berikutnya. Pulau ini berada di Jakarta. Hmmm, mungkin akan banyak yang tidak menyangka di Jakarta ada kepulauan yang masih asri dan tak terjamah polusi kota metropolitan yang ampun deh kalau dideskripsikan :D
Pulau Tidung satu rangkaian dengan Kepulauan Seribu. Untuk kesana, kami harus naik kapal sekitar 2 jam perjalanan dari pelabuhan. Lumayan lama, tapi suasana bosan jauh dari benak. Walaupun kapalnya tidak semegah kapal pesiar di film-film, bahkan kami semua melantai, hanya beralaskan pelampung (penyalahgunaan sebenarnya :D), tapi berdua bersama suami, diombang-ambingkan ombak yang setengah manja, sambil melihat langit nan biru beralaskan lautan yang memancarkan sinar matahari, membuat segalanya berubah menjadi indah :p

Sesampai di pulau yang dituju, kami langsung menuju tempat penginapan. Eit tapi jangan bayangkan hotel berbintang-bintang ya. Oke, tadi malam sebelum berangkat ke pulau Tidung, kami harus “terpaksa” menginap di hotel bintang tiga dan “terjebak” dengan semua kemewahan yang ditawarkannya :D. Tapi selama di pulau Tidung jangan harap ketemu bangunan atau menara bertingkat-tingkat seperti di kota Jakarta pada umumnya, semua bangunan sama rata dan sama rasa hehehehe. Paling-paling bangunan paling tinggi hanya 2 tingkat. Tempat penginapan kami adalah rumah penduduk yang menjelma menjadi homestay. Lumayan, jadi asset bisnis warga lokal :0. Bahkan hampir semua rumah yang ada disana pasang iklan menawarkan paket wisata, mulai dari penginapan, makan, pemandu wisata, snorkeling, banana boat, penyewaan sepeda, dan paket-paket menarik lainnya.

Agenda pertama setelah makan dan istirahat di homestay, adalah jalan-jalan di pesisir pantai sambil menikmati semilir angin sore yang menyentuh lembut kulit dan desiran ombak yang malu-malu sambil maju-mundur menyapa ujung jari jemari. Pemandangan yang indah, ditambah suasana sore jelang malam yang sunyi-senyap, didampingi orang tercinta, semakin menambah romantis kala itu. Dan semakin menambah-nambah rasa kesyukuran akan rahmat-Nya. Betapa Allah telah menciptakan segala sesuatu dengan indah dan serba teratur. Subhanallah…

Saat magrib tiba, kami memutuskan untuk pulang sejenak ke homestay, saatnya solat dan kembali mengisi perut. Sesampai di homestay, makan malam sudah tersaji apik, siap untuk mengisi perut-perut yang lapar. Kebanyakan menu yang tersaji adalah seafood. Yummy dan Ma’nyus pokoknya. Malam harinya, kami melanjutkan proyek jalan-jalan di pulau Tidung. Ini pertama kalinya aku merasakan suasana pantai di malam hari. Sensasi angin malam ditambah deburan ombak malam , damai sekali malam itu. Aduhai, Maha Suci Allah yang sudah menciptakan alam yang begitu megahnya. Dalam kegelapan, ku mendengar sayup-sayup ombak dari lautan, seperti nyanyian alam di dalam mimpi. Malam semakin larut, dongeng itu pun membuatku semakin ingin terbang ke alam mimpi alias tiduuuuur. Kelelahan semakin memuncak, dan saatnya untuk merebahkan diri dan memulihkan energi untuk agenda esok yang tak kalah mengasyikkan…snorkeling !!!

Snorkeling betul-betul hal baru buatku, seumur-umur belum pernah! Akhirnya, di pinggiran kapal yang membawa kami ke tengah lautan, aku menimbang-nimbang ragu, nyebur? Enggak? Nyebur? Enggak? Pertama, aku bukan perenang yang baik, kedua, membayangkan repotnya nyebur dengan jilbab dan kerudung yang kukenakan, ketiga, seumur-umur belum pernah snorkeling. Intinya, takuut :D…

Byuur, semua ketakutan tiba-tiba hilang, akhirnya nyempluuung. Berbekal baju pelampung, kacamata gede pelindung mata, dan alat bantuan napas, aku pun terjun ke laut dengan jilbab dan kerudungku masih komplit di badan :D. Blesss basah semuanya deh. Tapi seru, asyik ternyata bisa berendam lagi di laut setelah bertahun-bertahun yang lalu aku bermain di pantai Ambon. Kenangan itu pun muncul lagi, si kecil yang meraung-raung menangis dengan ban kecil di badannya karena iseng ditinggal sendirian oleh sang kakak di tengah laut :D. Tapi kali ini, ada suami yang menjaga :D dan terus menyemangati untuk berenang dan menyelam di permukaan sambil melihat indahnya binatang dalam laut dan batu karang di dasarnya. Tak lama, memang dasarnya takut, rasa mual mulai menyerang. Walau pikiran negatif sudah berhasil ditepis, namun badan ndak bisa bohong, tiba-tiba mual banget. Akhirnya aku naik kembali ke kapal, dan mulai menenangkan diri. Yah walaupun hanya sebentar, tapi puas rasanya bisa merasakan kembali hangatnya sengatan matahari dibarengi dinginnya air laut.

Setelah puas ber-snorkeling, malam harinya yang artinya malam terakhir kami di pulau Tidung, dihabiskan dengan membuat api unggun sambil santap malam khas pantai, jagung bakar, ikan bakar, cumi bakar, dan semuanya yang bisa dibakar :D. Seiring obrolan ringan kami di malam itu, tak terasa semakin larut dan rasa kantuk mulai menghampiri. Sempat merasa sedih akan kehilangan momen berharga ini bersama orang yang kukasihi. Namun, karena waktu tak mungkin dihentikan, aku pun terus berpacu dengannya sembari menyimpan momen bahagia seperti ini rapat-rapat dalam pikiranku untuk menjadi kenangan terindah dalam hidup :)



Bersama angin yang berhembus malam itu, aku mengirimkan pesan
Dalam lapisan lautan terdalam di pulau itu, aku menyimpan harapan
Betapa ku ingin waktu terhenti
Tuk selamanya berada duduk di sampingmu
Merebahkan kepalaku di pundakmu
Sambil mendengarkan lantunan puisi yang kau buat untukku
Menghabiskan malam itu denganmu

Untungnya hempasan angin tidak sampai melenakkanku,
Dalamnya lautan tak sampai menggelamkanku
Aku teringat akan satu janji yang kita ucap bersama
Bahwa kita saling mencintai karena Allah
Allah adalah sang pemilik jiwa dan raga kita sesungguhnya,
tak pantas untukku berandai-andai dan panjang angan-angan
Suatu saat nanti, mungkin kita akan terpisah, baik oleh jarak, waktu, atau mungkin karena maut
Kan ku ikhlaskan semua keputusan kita
Kini ku berdoa, cinta kita kan terus bersemi…
kini dan nanti



2 komentar:

  1. #eaaaa ...
    suitt suittt xixixi
    barakallahu lakum wa jamaa bainakuma fii khair

    BalasHapus
  2. cie cie. berani ke tidung dan mual-mual sist? #eaaaa

    BalasHapus